Sumber Daya Konsumen Dan Pengetahuan
- Sumber Daya Sementara
- Barang yang Menggunakan Waktu. Produk yang memerlukan pemakaian waktu dalam mengkonsumsinya. Contoh: Menonton TV, Memancing, Golf, Tennis (waktu Senggang) Tidur, perawatan pribadi, pulang pergi (waktu wajib)
- Barang Penghemat Waktu. Produk yang menghemat waktu memungkinkan konsumen meningkatkan waktu leluasa mereka. Contoh: oven microwave, pemotong rumput, fast food.
- Sumber Daya Kognitif
        Sumber Daya Kognitif adalah kepemimpinan teori psikologi industri dan organisasi yang 
dikembangkan oleh Fred Fiedler dan Joe Garcia pada tahun 1987 sebagai 
konseptualisasi dari model kontingensi Fiedler . Teori ini berfokus pada
 pengaruh pemimpin intelijen dan pengalaman tentang nya atau reaksinya 
terhadap stres .
       Inti dari teori ini adalah bahwa stres adalah musuh rasionalitas, 
merusak kemampuan pemimpin untuk berpikir logis dan analitis. Namun, 
pengalaman pemimpin dan kecerdasan dapat mengurangi pengaruh stres pada 
(atau dia) nya tindakan: kecerdasan adalah faktor utama dalam situasi 
stres rendah, sementara jumlah pengalaman selama lebih selama-saat 
stres.
Contoh Kasus :
          Psikologi kognitif menyatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan
 oleh stimulus yang berada dari luar dirinya, melainkan oleh faktor yang
 ada pada dirinya sendiri. Faktor-faktor internal itu berupa kemampuan 
atau potensi yang berfungsi untuk mengenal dunia luar, dan dengan 
pengalaman itu manusia mampu memberikan respon terhadap stimulus. 
Berdasarkan pandangan itu, teori psikologi kognitif memandang belajar 
sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, 
untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Dengan
 kata lain, aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses 
internal dalam berfikir, yakni proses pengelolaan informasi.
      Kegiatan pengelolaan informasi yang berlangsung di dalam kognisi itu 
akan menentukan perubahan perilaku seseorang. Bukan sebaliknya jumlah 
informasi atau stimulus yang mengubah perilaku. Demikian pula kinerja 
seseorang yang diperoleh dari hasil belajar tidak tergantung pada jenis 
dan cara pemberian stimulus, melainkan lebih ditentukan oleh sejauh mana
 sesaeorang mampu mengelola informasi sehingga dapat disimpan dan 
digunakan untuk merespon stimulus yang berada di sekelilingnya. Oleh 
karena itu teori belajar kognitif menekankan pada cara-cara seseorang 
menggunakan pikirannya untuk belajar, mengingat dan menggunakan 
pengetahuan yang telah diperoleh dan disimpan di dalam pikirannya secara
 efektif.
- Pengetahuan Organisasi
      Pengetahuan Konsumen akan Mempengaruhi Keputusan Pembelian. Apa yang dibeli, berapa banyak yang dibeli, dimana membeli dan kapan 
membeli akan tergantung kepada pengetahuan konsumen mengenai hal-hal 
tersebut.
     Pengetahuan Konsumen adalah semua informasi yang dimiliki konsumen 
mengenai berbagai macam produk, serta pengetahuan lainnya yang terkait 
dan informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen.
- Pengetahuan tentang karakteristik/atribut produk
- Pengetahuan tentang manfaat produk
- Pengetahuan tentang kepuasan yg diberikan produk kepada konsumen.
- Manfaat Fungsional, yaitu manfaat yg dirasakan konsumen secara fisiologis
- Manfaat Psikososial, yaitu aspek psikologis dan aspek sosial yang dirasakan konsumen setelah mengkonsumsi suatu produk.
Mengukur Pengetahuan
       Pengetahuan konsumen terdiri dari informasi yang disimpan di dalam 
ingatan. Pemasar khususnya tertarik untuk mengerti pengetahuan konsumen.
 Informasi yang dipegang oleh konsumen mengenai produk akan sangat 
mempengaruhi pola pembelian mereka.
Di dalam Psikologi kognitif dijelaskan bahwa ada dua jenis pengetahuan dasar, yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratif melibatkan fakta subjektif yang sudah diketahui. Pengetahuan deklaratif sendiri dibagi menjadi dua kategori, yaitu pengetahuan episodik (melibatkan pengetahuan yang dibatasi dengan lintasan waktu) dan pengetahuan semantik (mengandung pengetahuan yang digeneralisasikan dan memberi arti bagi dunia seseorang). Sedangkan pengetahuan prosedural mengacu pada pengertian bagaimana fakta ini dapat digunakan. Fakta ini juga bersifat subjektif dalam pengertian fakta tersebut tidak perlu sesuai dengan realitas objektif.
Di dalam Psikologi kognitif dijelaskan bahwa ada dua jenis pengetahuan dasar, yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratif melibatkan fakta subjektif yang sudah diketahui. Pengetahuan deklaratif sendiri dibagi menjadi dua kategori, yaitu pengetahuan episodik (melibatkan pengetahuan yang dibatasi dengan lintasan waktu) dan pengetahuan semantik (mengandung pengetahuan yang digeneralisasikan dan memberi arti bagi dunia seseorang). Sedangkan pengetahuan prosedural mengacu pada pengertian bagaimana fakta ini dapat digunakan. Fakta ini juga bersifat subjektif dalam pengertian fakta tersebut tidak perlu sesuai dengan realitas objektif.
Contoh Kasus:
Seorang konsumen yang sedang menjalankan proses diet dan ingin memutuskan untuk membeli makanan ringan. Sebelum memutuskan untuk melakukan pembelian, konsumen cenderung melihat ingredients atau komposisi yang terdapat dalam produk makanan ringan tersebut. Setelah memperoleh informasi yang positif terhadap produk tersebut, konsumen biasanya langsung mengambil keputusan untuk melakukan pembelian.
Seorang konsumen yang sedang menjalankan proses diet dan ingin memutuskan untuk membeli makanan ringan. Sebelum memutuskan untuk melakukan pembelian, konsumen cenderung melihat ingredients atau komposisi yang terdapat dalam produk makanan ringan tersebut. Setelah memperoleh informasi yang positif terhadap produk tersebut, konsumen biasanya langsung mengambil keputusan untuk melakukan pembelian.
- Periode sensorimotor
Menurut Piaget,bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:
- Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks.
- Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
- Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
- Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
- Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
- Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreatifitas
- Tahapan praoperasional
       
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati
 urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua 
tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. 
Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan 
tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini 
adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam
 tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek 
dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: 
anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat 
mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan 
semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua 
benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
        
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor 
dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak 
mengembangkan keterampilan bahasanya. Mereka mulai merepresentasikan 
benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih 
menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, 
mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami 
tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama 
lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di 
sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami 
perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat 
imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun 
memiliki perasaan.
- Tahapan operasional konkrit
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
- Pengurutan kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
- Klasifikasi kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme(anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
- Decentering anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
- Reversibility anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
- Konservasi memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.
- Penghilangan sifat Egosentrisme
       kemampuan untuk melihat sesuatu dari 
sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan 
cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan 
Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, 
kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru 
Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan 
mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam 
kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam 
laci oleh Ujang.
- Tahapan operasional formal
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya.
       Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat 
terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia 
dewasa secara fisiologis, kognitif penawaran normal, perkembangan 
psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya 
mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai 
keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan 
penalaran dari tahap operasional konkrit.
 
Informasi umum mengenai tahapan-tahapan, Keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Walau tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi urutannya selalu sama. Tidak ada ada tahapan yang diloncati dan tidak ada urutan yang mundur.
- Universal (tidak terkait budaya)
- Bisa digeneralisasi: representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan
- Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara logis
- Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen dari tahapan sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi)
- Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model berpikir, bukan hanya perbedaan kuantitatif
- Proses perkembangan
       
Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. 
Dengan berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema 
berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan 
memahami dunia. Skema juga menggambarkan tindakan baik secara mental 
maupun fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui sesuatu. 
Sehingga dalam pandangan Piaget, skema mencakup baik kategori 
pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan tersebut. Seiring dengan
 pengalamannya mengeksplorasi lingkungan, informasi yang baru didapatnya
 digunakan untuk memodifikasi, menambah, atau mengganti skema yang 
sebelumnya ada. Sebagai contoh, seorang anak mungkin memiliki skema 
tentang sejenis binatang, misalnya dengan burung. Bila pengalaman awal 
anak berkaitan dengann burung kenari, anak kemungkinan beranggapan bahwa
 semua burung adalah kecil, berwarna kuning, dan mencicit. Suatu saat, 
mungkin anak melihat seekor burung unta. Anak akan perlu memodifikasi 
skema yang ia miliki sebelumnya tentang burung untuk memasukkan jenis 
burung yang baru ini.
     
Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang 
sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan 
cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar 
bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Dalam contoh di 
atas, melihat burung kenari dan memberinya label "burung" adalah contoh 
mengasimilasi binatang itu pada skema burung si anak.
      
Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau
 penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan
 skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan 
skema yang baru sama sekali. Dalam contoh di atas, melihat burung unta 
dan mengubah skemanya tentang burung sebelum memberinya label "burung" 
adalah contoh mengakomodasi binatang itu pada skema burung si anak.
     
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang 
berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap 
di atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu 
karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan 
seimbang antara struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. 
Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu 
tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di atas.
     
Dengan demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima 
pengetahuan dari luar secara pasif tapi orang tersebut secara aktif 
mengkonstruksi pengetahuannya.
    
- Pengetahuan Organisasi
    
Pengetahuan Konsumen akan Mempengaruhi Keputusan Pembelian, Apa yang dibeli, berapa banyak yang dibeli, dimana membeli dan kapan 
membeli akan tergantung kepada pengetahuan konsumen mengenai hal-hal 
tersebut.
     
Pengetahuan Konsumen adalah semua informasi yang dimiliki konsumen 
mengenai berbagai macam produk, serta pengetahuan lainnya yang terkait 
dan informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen.
- Pengetahuan ttg karakteristik/atribut produk
- Pengetahuan ttg manfaat produk
- Pengetahuan ttg kepuasan yg diberikan produk kepada konsumen.
- Manfaat Fungsional, yaitu manfaat yg dirasakan konsumen secara fisiologis
- Manfaat Psikososial, yaitu aspek psikologis dan aspek sosial yang dirasakan konsumen setelah mengkonsumsi suatu produk
Sumber Daya Ekonomi
        Potensi sumberdaya ekonomi atau lebih dikenal dengan potensi ekonomi 
pada dasarnya dapat diartikan sebagai sesuatu atau segala sesuatu 
sumberdaya yang dimiliki baik yang tergolong pada sumberdaya alam 
(natural resources/endowment factors) maupun potensi sumberdaya manusia 
yang dapat memberikan manfaat (benefit) serta dapat digunakan sebagai 
modal dasar pembangunan (ekonomi) wilayahtingkat ketergantungan terhadap
 sumberdaya secara struktural harus bisa dialihkan pada sumberdaya alam 
lain.
      Kasus persolan yang sifatnya nasional (warisan rejim lama) dan juga 
persoalan-persoalan baru yang muncul dari pelaksanaan Otonomi Daerah 
yang “sembrono”, fenomena globalisasi ekonomi juga akan sangat 
berpengaruh besar terhadap prospek nilai-nilai budaya lokal dan kearifan
 tradisional sebagai landasan penguatan kelembagaan lokal dalam 
pengelolaan sumberdaya dan keanekaragaman hayati. Globalisasi ini 
menjadi perlu dicermati sebagai tahapan lanjut dari periode 
pembangunanisme yang dianut oleh Rejim Otoriter-Militeristik Orde Baru 
yang nyata-nyata telah menghancur-leburkan ekosistem-ekosistem penting 
Indonesia serta memporak-porandakan pranata-pranata ada/lokal yang 
selama ratusan tahun menjadi penjaga dan pengelola sebagian besar dari 
ekosistem-ekosistem tersebut. Perjalanan pembangunan di Indonesia 
mencatat banyak sekali penggusuran dan penindasan yang menyedihkan bagi 
berbagai kelompok masyarakat, khususnya masyarakat adat, yang diwarnai 
oleh tindakan-tindakan kekerasan negara dan sekaligus memfasilitasi 
kekerasan horizontal antar kelompok masyarakat.
       Kalau ditelusuri lebih jauh, maka pembangunan yang umumnya dianut 
oleh negara-negara berkembang adalah industrialisasi. Sebagai negara 
yang kaya sumber daya alam, Indonesia pun mengembangkan industri yang 
berbasis sumber daya alam. Celakanya, sebagian besar sumber daya lalam 
ini, secara tradisional sudah ada penguasa dan pemiliknya, yaitu 
masyarakat adat, yang juga memiliki kepentingan yang lebih luas atas 
sumber daya tersebut. Nilai-nilai, ide dan konsep pembangunan itu memang
 diimpor atau diadopsi dari “barat”. Pembangunan adalah kata lain dari 
modernisasi. Dari sini muncullah anggapan dan keyakinan baru di 
masyarakat bahwa jiwa Indonesia ini kita inginkan menjadi negara 
modren,maka segala sesuatu yang tradisional(lisan) harus dibuang karena 
dianggap terbelakang dan menghambat pembangunan. Paradigma modernisasi 
demikian, langsung dan tidak langsung, telah menyudutkan dan melemahkan 
posisi masyarakat adat itu sendiri dengan menempatkan tradisi dan 
nilai-nilai asli bangsa ini menjadi sesuatu yang jelek (inferior) 
terhadap nilai-nilai “barat” yang modern sebagai sesuatu yang baik 
(superior).
        Dengan cara yang berkembang demikian, bahkan banyak di antara 
masyarakat adat sendiri sering melupakan bahwa mereka memiliki kekuatan 
(pengetahuan, teknologi, pranata adat) untuk melaksanakan dengan 
sungguh-sungguh program “pembangunan” yang memuliakan hidup mereka, atau
 sebaliknya melakukan perlawanan atas program “pembangunan” yang tidak 
diinginkan. Sebagai konsep yang diadopsi dari “barat”, nilai yang 
terkandung dalam pembangunan kita, yang juga dianut oleh globalisasi 
ekonomi, berakar pada individualisme yang, dalam banyak hal, 
bertolak-belakang dari prinsip dasar komunitas-komunitas masyarakat adat
 di Indonesia umumnya yang komunalistik dan kolektif baik dalam hal 
penguasaan sumberdaya maupun dalam upaya pengelolaannya untuk keadilan 
dan kesejahteraan bersama.
Sumber : http://yogifajarpebrian13.wordpress.com/2011/12/22/sumber-daya-konsumen-dan-pengetahuan/ 







 


0 comments:
Posting Komentar